Share |

Indonesia Perlu Pertimbangkan Penggunaan Dinar

Sabtu, 03 April 2010 15:09 WIB

JAKARTA--MI: Indonesia perlu mempertimbangkan penggunaan emas atau dinar untuk menggantikan penggunaan uang kertas sebagai alat tukar guna mempertahankan kestabilan moneter.

Menurut Muhaimin Iqbal dari Gerai Dinar, dalam Seminar Internasional Ekonomi Syariah, di Jakarta, Sabtu (3/4), rata-rata penduduk dunia menurun tingkat kemakmurannya karena penurunan daya beli uang kertas.

"Yang bisa mengendalikan inflasi ini adalah pemerintah khususnya otoritas moneter. Tetapi ada yang bisa dilakukan untuk melawan inflasi yang dengan meminimalkan penggunaan uang yang menjadi penyebab inflasi," katanya.

Ia menjelaskan, jika tidak ingin menjadi korban inflasi maka jangan menaruh kekayaan yang kegunaannya bersifat jangka panjang dalam bentuk uang. Jika mayoritas kekayaan tersimpan dalam bentuk uang seperti rupiah atau dolar, maka daya beli kekayaan akan terus menurun.

"Bila dalam lima tahun terakhir saja harga beras internasional rata-rata naik dua kali, maka daya beli uang terhadap beras menurun," katanya.

Ia mencontohkan, daya beli emas untuk rupiah misalnya hanya tinggal sekitar 20 persen selama 10 tahun terakhir. Jika diawal 2000 emas seberat satu gram dibeli dengan harga Rp66 ribu, maka kini dengan uang yang sama hanya menghasilkan 0,2 gram emas saja. Muhaimin menuturkan kondisi serupa juga dialami untuk mata uang lain seperti dolar, yen, euro, dan poundsterling.

Untuk itu, ia merekomendasikan penggunaan dinar sebagai pengganti uang, karena dinar adalah benda riil yang tidak rusak dan memiliki daya beli relatif stabil sepanjang tahun. (Ant/OL-06)

Sumber http://www.mediaindonesia.com/read/2010/04/03/133540/4/2/Indonesia-Perlu-Pertimbangkan-Penggunaan-Dinar

Info. 

Read More

Kenali Penyakitmu dari Bau Napas

JAKARTA, KOMPAS.com — Selain organ tubuh, bau napas juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Cukup banyak penyakit yang bisa dikenali lewat bau napas. Makanya, Anda patut curiga jika aroma napas tidak sedap padahal tidak sedang mengonsumsi makanan atau meminum obat.

Misalnya, bila napas bau meski sudah gosok gigi dan tidak makan apa pun, itu bisa menjadi tanda Anda sedang mengidap penyakit diabetes. Sementara jika napas bau dengan gejala batuk atau hidung tersumbat, mungkin itu mengindikasikan infeksi paru atau tenggorokan.

Namun, kondisinya akan berbeda jika napas berbau amis. Itu merupakan kondisi langka yang menandakan tubuh tidak bisa mencerna makanan, seperti telur, ikan atau hati dengan baik. Sementara, bau napas seperti feses atau kotoran kemungkinan terjadinya penyumbatan usus.

Sedangkan napas bau amoniak kemungkinan menunjukkan ada masalah di ginjal. Tapi jika berbau manis ditambah mata kekuningan, itu menandakan ada masalah dengan liver. Adapun napas berbau acetone atau seperti bau cat kuku, mengindikasikan ada masalah dengan darah. (Kontan/Raymond Reynaldi)

Sumber http://id.news.yahoo.com/kmps/20100325/tls-kenali-penyakitmu-dari-bau-napas-8d16233.html

Info. Iklan Baris Koran Via SMS

Read More

Harga Dasar Pembelian Gula Diharap Tidak Terlalu Tinggi

TEMPO Interaktif, Jakarta - Asosiasi Pedagang Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) mengharapkan harga dasar pembelian gula tidak ditetapkan terlalu tinggi. "Seperti tahun-tahun sebelumnya, selisih harga dasar pembelian gula hanya sekitar Rp 300 hingga Rp 500 per kilogram," kata Ketua Apegti, Natsir Mansyur ketika dihubungi, Sabtu (27/3).

Natsir mengatakan perhitungan harga dasar pembelian gula yang ditetapkan tahun-tahun sebelumnya tentu sudah mempertimbangkan segala hal. "Termasuk keuntungan petani, inflasi dan lain sebaginya," kata dia.

Natsir mengungkapkan, biaya pokok produksi gula tahun ini sekitar Rp 6.225 per kilogram. Maka, harga dasar pembelian gula, kata dia, bisa sekitar Rp 6.500 per kilogram hingga Rp 6.700 per kilogram. "Sehingga harga gula di tingkat retail menjadi sekitar Rp 8.000 per kilogram," kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian menyatakan sudah mengusulkan harga dasar pembelian gula. Usulan harga dasar pembelian gula lebih tinggi dari tahun lalu. Namun, Kementan tidak menyebutkan besaran kenaikan tersebut. Sebagai gambaran, saat ini, biaya pokok pembelian gula saja mencapai Rp 6.400 per kilogram.

Sementara itu, petani tebu berharap harga dasar pembelian gula sebesar Rp 7.500 per kilogram. Harga dasar tersebut agar petani masih bisa menikmati keuntungan penjualan gula. Menurut Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, Arum Sabil dengan harga dasar pembelian Rp 7.500 per kilogram, maka harga eceran tertinggi bisa sekitar Rp 9.000- Rp 9.500 per kilogram.

Sumber Berita http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/03/27/brk,20100327-236041,id.html

Read More

Kondom Gratis untuk Masyarakat Bantul

BANTUL, KOMPAS.com - Sejak setahun terakhir pemerintah menyediakan kondom gratis di 14 apotek. Apotek tersebut tersebar di lima kecamatan yakni Sewon, Banguntapan, Bantul, Pleret, dan Piyungan. Rencananya penyediaan Kondom akan terus diperluas ke seluruh kecamatan.

Di Bantul, angka kepesertaan KB pria baru sekitar 6,2 persen yang sebagian besar menggunakan kondom. Selama ini pertumbuhannya cenderung stagnan. Masih banyak yang enggan ber-KB karena alasan kesulitan mendapatan kondom. Apalagi perlu merogoh sedikit kocek.

"Setiap pengambil harus menunjukkan identitas KTP. Dari KTP bisa diketahui, apakah yang bersangkutan sudah menikah atau belum. Jadi tidak sembarangan orang yang bisa mengambil," kata Saebani, Kepala Bidang KB dan Kesehatan Reproduksi, Badan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Bantul, Kamis (25/3/2010).

Tingkat partisipasi KB pria di Bantul tercatat 6,2 persen, sementara di DI Yogyakarta partisipasinya tercatat 5 persen. Angka partisipasi KB pria secara nasional jauh lebih rendah yakni 1,9 persen. Di Bantul jumlah aseptor KB pria dengan metode kondom tercatat 7.008 orang.

Sumber Berita Kesehatan.Kompas.Com

Info. Iklan Baris Koran Via SMS

Read More