Share |





Pelunakan Memori Dari Sinyal Iklan

Ketika sesuatu ditempatkan sebagai pengingat maka pengaruhnya akan masuk dalam memori kita. Kita melihat orang karena kita ingin melihatnya. Demikian pula kita memasukkan pengaruh itu karena kita menginginkannya. Mengapa hal ini penting? Untuk menjawab ini, mari kita perhatikan sebuah eksperimen klasik tentang kesaksian. Eksperimen tersebut banyak mengungkap tentang bagaimana manusia memproses informasi secara berbeda-beda – ketika informasi itu diposisikan sebagai hal baru. Juga, mengungkap bagaimana kita memproses informasi yang sama ketika ditempatkan sebagai sebuah pengingat sesuatu yang telah kita ketahui. Dalam serangkaian eksperimen yang terkenal itu, psikolog Elisabeth Loftus menunjukkan video-tape yang berisi rekaman kecelakan sebuah mobil. Ia kemudian bertanya kepada mereka, "Berapa kecepatan mobil itu ketika menerobos rambu-rambu tanda berhenti?". Padahal, dalam video-tipe itu tidak terdapat rambu-rambu tanda berhenti. Namun, bentuk bentuk pertanyaan itu menyebabkan orang berasumsi ada rambu berhenti. Mereka kemudian memberikan estimasi kecepatan. Ketika mereka ditanya apakah melihat tanda berhenti?, lebih dari separuh (53%) menyatakan melihatnya. Representasi mental pada peristiwa tersebut telah "diubah" dalam ingatan mereka melalui bentuk pertanyaan itu.

Perlu dicatat, dalam pertanyaan tersebut informasi tidak ada rambu-rambu tanda berhenti diposisikan sebagai informasi "biasa". Dengan menggunakan teknik ini Loftus menyimpulkan bahwa rambu-rambu itu dipersiapkan sebagai pengatur lalu lintas (kapan harus melaju atau berhenti dan kapan harus berjalan cepat atau lambat). Dan menurut kesaksian para saksi rambu-rambu itu aslinya memang tidak ada.

Ini sebuah bukti yang mengejutkan, bagaimana kita berasumsi bahwa informasi biasa dalam komunikasi itu tepat. Kita juga memusatkan perhatian pada sesuatu yang kita lihat sebagai informasi "baru", (disamping itu, masalah ini juga terkait dengan apa yang menjadi kontroversi di sekitar "memori yang diperbaiki" – tentang kekerasan seksual pada anak misalnya. Dalam hal ini para hakim harus memutuskan apakah pasien perlu menjalankan terapi psikiatris untuk "menyembuhkan" memori aslinya. Atau apakah memori asli itu sembuh dengan sendirinya atau mengalami perubahan karena pertanyaan para psikiatris.) Selengkapnya

Labels: