Share |

Garang Asem Kudus Digemari Berbagai Kalangan


TEMPO Interaktif, Kudus - Garang asem? Mungkin jenis masakan ini belum pernah Anda nikmati atau bahkan Anda baru pertama kali mendengar namanya. Tapi, bagi warga Kudus, Jawa Tengah, yang sudah lama dikenal kaya akan kulinernya, tentu akrab dengan menu yang satu ini. Begitu juga mereka yang pernah berkunjung ke Kudus, mungkin sempat menikmatinya.

Garang asem digemari berbagai kalangan, mulai pebisnis hingga pejabat, dari lingkungan setempat hingga pusat. “Pejabat pusat, dari menteri hingga dirjen, jika berkunjung ke daerah ini, sering mampir,” ujar Yuli, pemilik warung makan Sari Rasa yang berlokasi di Jalan Raya AKBP Kusumadya Kudus, yang ditemui 2 Juni 2010.

Ketika Tempo berkunjung ke warung makan itu, Sekretaris Daerah Kudus, Badri, bersama pejabat lain, tampak sekali menikmati masakan garang asem. Puluhan pelanggan dari luar kota dan lokal tampak harus antre menunggu giliran, karena warung makan itu berukuran 6x 10 meter. Tapi bagi tamu tertentu, misalnya pejabat teras, warung ini menyediakan ruang makan khusus.

Menu garang asem bikinan Sriati terdiri dari daging ayam kampung. Untuk membuatnya, pertama, ayam dipotong-potong dan dibungkus dengan daun pisang dan ditambahkan bumbu: bawang putih, bawang merah, kemiri, ketumbar, dan sedikit garam, lalu direbus dengan derajat panas tertentu hingga matang.

Menyantap garang asem dan nasi putih sebaiknya dalam keadaan panas. Usai makan, bisa dipastikan para tamu mendapat kepuasan, juga keringatnya akan bercucuran. “Satu porsi garang asem harganya Rp 16 ribu,” kata Yuli, putri pertama dari tiga bersaudara Sriati.

Warung garang asem Sari Rasa dirintis Sriati sejak 1977. Tiap harinya, Sriati memotong sekitar 300 ekor ayam kampung, satu setengah kuintal tomat hijau, dan 25 kilogram cabe. Sriati juga membuka cabangnya di Jalan Raya Kudus - Pati, tepatnya Desa Klaling, Kecamatan Jekulo, Kudus. Warung itu buka saban hari mulai pukul 09.00 hingga sore.

Bandelan Amarudin

Read More

Susno dan Gerakan Facebooker Miring

Tanyalah kepada Mark Zuckerberg, apa guna Facebook sebenarnya? Apa yang dia pikirkan saat mencoret-coret rancangan membuat situs jejaring sosial Facebook? Apakah dia pernah terpikir bahwa Facebook bisa membuat seorang presiden ketar-ketir? Apakah dia pernah terbayang bahwa Facebook begitu ampuh sehingga gerakan sejuta pengguna Facebook membela Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah bisa begitu heboh?

Mungkin dia tak berpikir sejauh itu? Pada 2004, malam yang kelam, Zuckerberg sedang patah hati, mengurung diri di kamar asrama di Universitas Harvard. Cintanya ditampik. Lalu dia melampiaskan energi kekesalannya dengan membuat rancangan sebuah situs jejaring sosial yang kelak menjadi situs perkawanan terpopuler di dunia, dengan jumlah pengguna lebih dari 400 juta orang.

Zuckerberg juga mungkin tak berpikir Facebook adalah senjata ampuh untuk politikus dan hukum. Di Indonesia, dengan 20 juta pengguna Facebook, situs ini bisa menjadi alat apa pun tergantung siapa yang memegang dan seberapa kuat mengendalikan massa. Orang menyebut Facebook sebagai bukti adanya kekuatan massa atau people’s power.

Dulu kita pernah bangga karena Facebook bisa menyelamatkan Bibit dan Chandra dari cengkeraman Susno Duadji, yang waktu itu menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, saat heboh perseteruan “cicak versus buaya”. Cicak adalah Bibit dan Chandra serta Komisi Pemberantasan Korupsi. Sedangkan buaya waktu itu adalah “wakil” dari polisi. Gerakan sejuta pengguna Facebook telah menggerakkan demonstrasi dan membuat Bibit-Chandra terbebas dari tudingan menerima suap.

Kini, gerakan yang sama digunakan oleh pendukung Susno Duadji. Di Facebook sekarang ada dua gerakan besar. Pertama, “Dukungan Susno Duadji untuk Kebenaran”. Yang ini anggotanya sudah heboh. Jumlahnya mencapai 217 ribu orang. Yang kedua, gerakan “Sejuta Dukungan untuk Susno Duadji Mereformasi Polri”, anggotanya 45 ribu pengguna Facebook.

Susno, yang dulu dicap kelam di kalangan pengguna Facebook, kini tiba-tiba menjadi “putih”. Dia mendapat dukungan besar karena ditahan setelah membuka kasus makelar kasus, seperti Gayus Tambunan, Sjahril Djohan, dan Haposan.

Hitam berubah menjadi putih dalam waktu singkat sungguh aneh. Apakah para pengguna Facebook sudah lupa kisah cicak vs buaya? Begitu mudahkah situs jejaring sosial ini disetir oleh orang atau isu tertentu? Melihat pertumbuhan dukungan terhadap gerakan pengguna Facebook terhadap Susno bukan mustahil, dukungan itu akan sebesar di masa kisruh kasus cicak vs buaya.

Jadi, mari kita tanya kepada Mark Zuckerberg, apakah Facebook ini kita gunakan untuk dukung-mendukung seperti ini?

Sebelum saya mendapat jawaban itu, seorang teman di Twitter dan Foursquare mengajak saya membuat gerakan melawan Sekretariat Gabungan Partai Koalisi. “Gila ini,” kata teman saya. Dia bersungut-sungut gara-gara, dengan adanya Sekretariat itu, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie bisa memanggil menteri. “Ini kelewatan. Kekuasaannya sudah melebihi perdana menteri. Ayo kita bikin gerakan dengan Foursquare.”

Foursquare? Mungkin Anda baru mengenalnya. Ini adalah situs perkawanan yang sedang menjadi “demam” di Jakarta, terutama kalangan pengguna BlackBerry dan iPhone. Dengan Foursquare, Anda bisa terhubung ke teman yang kebetulan berada pada lokasi yang sama, misalnya restoran atau plasa. Saat pengguna Foursquare berada di kafe, misalnya, situs ini akan mengabari kawan yang lain lewat Twitter dan peta lokasinya.

“Ayo kita bikin gerakan sejuta pengguna Foursquare menduduki kantor Sekretariat Koalisi. Dunia pasti tercengang,” katanya berapi-api. Dunia pasti terbelalak bila Foursquare di Indonesia bisa mengumpulkan orang untuk berdemo menentang Sekretariat Koalisi.

http://blog.tempointeraktif.com: Itu bukan hal mustahil. Pasalnya, di Jepang, 250 ribu ibu rumah tangga bisa menekan angka inflasi berkat situs jejaring sosial Mainichi Tokubai. Situs pertemanan itu kini menjadi situs favorit kaum ibu di Jepang. Bahkan situs pertemanan itu kini dianggap sebagai “satu-satunya situs jejaring sosial yang mampu menentukan harga bahan kebutuhan pokok di Jepang.” Wow….

Situs pertemanan ini bisa diakses dari mana saja karena ada format mobile-nya, layaknya Facebook atau Twitter. Bahkan terintegrasi dengan pesan pendek atau SMS. Pagi itu, misalnya, ponsel Hiroe Ishimoto, ibu rumah tangga, bergetar dan sebuah pesan masuk, “Di Supermarket Belc masih ada sejumlah besar telur hari ini dengan hanya sekitar US$ 1 untuk selusin.” Di bawahnya ada nomor telepon layanan antar toko itu.

Jadi, mari bikin orang Amerika tercengang melihat gerakan sejuta Facebooker, Foursquare, atau Twitter dengan tema yang aneh bin miring.

Read More

Dongeng Italia di Lembaran Grafis

foto

Pameran grafis The Doublefold of Art-2RC Between The Artist And Artificer An All Italian Experience di Selasar sunaryo Arts Space, Bandung, Jawa Barat. Foto-foto:TEMPO/Prima Mulia

TEMPO Interaktif, Bulan sabit kuning tergantung di langit cokelat tua kehitaman. Sinarnya tak cukup kuat untuk menerangi seluruh bangunan yang berjejer horizontal. Malam itu, garis-garis kuning senada hanya berjalan di tepi-tepi atap dan samping rumah, kubah, kerucut menara, dan jendela-jendela Colosseum Roma.

Tapi suasana yang tampak tenang itu berubah mencekam. Sesosok bayangan rangka dinosaurus yang berjalan dengan dua kaki belakang melintas di wajah kota. Tubuhnya menjulang ke langit hingga kedua kaki depannya setinggi posisi bulan.

Begitulah cara seniman Italia, Enzo Cucchi, menggambarkan ibu kota negaranya. Gambar grafis berjudul Roma buatan 1991 itu dicetak di atas kertas 136 x 261 sentimeter. Pada seri karya lain bertajuk La Lupa di Roma (Serigala Roma) I-III, Cucchi menampilkan kuburan dan tengkorak-tengkorak hewan dengan gaya agak abstrak.

Selain itu, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Jawa Barat, sepanjang 29 Mei-22 Juni mendatang memamerkan 25 seni grafis, di antaranya karya Francesco Clemente dan Julian Schnabel. Bertajuk The Doublefold Dream of Art: 2 RC Between the Artist and Artificer, pameran di Selasar itu khusus menampilkan sebagian karya seniman grafis dunia yang pernah menghidupkan semangat transavant-garde. “Sekarang sudah enggak ada, tinggal post-avant-garde atau akhir dari garda depan,” kata pengamat seni Rizki A. Zaelani.

Menurut dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung itu, transavant-garde muncul pada 1980-an. Aliran hasil diskusi kritikus seni Achille Bonito Oliva dengan sejumlah seniman tersebut menyebar dari Italia ke daratan Eropa, juga merambah ke seni grafis, patung, juga lukis.

Ciri khasnya, antara lain, gambarnya bergaya agak abstrak dengan beberapa obyek figur seperti orang, binatang, dan tumbuhan, tapi memakai narasi. “Narasi yang muncul dari masa lalu berupa mitologi, sejarah, atau cerita lokal di Italia,” Rizki menjelaskan.

Di Indonesia, aliran yang hampir mirip transavant-garde itu berkembang dengan istilah narasi tradisi. Misalnya, beberapa pelukis kontemporer mengambil seni dari Aceh. Bedanya, menurut Rizki, seniman Indonesia tak pernah menyatakan sebagai avant-garde (garda depan), pihak yang mendahului masyarakat tentang pengertian karya seninya.

Dalam pameran hasil kerja sama dengan Kedutaan Besar Italia, Kamar Dagang Italia, serta Pusat Kebudayaan Italia itu, karya grafis yang terpajang merupakan salinan dari karya asli. Catatan dengan pensil yang hampir tak terlihat di pojok bawah seluruh gambar menunjukkan karya itu telah digandakan belasan hingga puluhan kali.

Hebatnya, pencetakan ulang 25 gambar grafis oleh perusahaan 2 RC milik Valter dan Eleonora Rossi di Roma, Italia, itu hasilnya sangat mirip aslinya. Untuk sedikit membuka rahasia tersebut, dua lempeng pelat cetakan ikut pula ditempelkan pada dinding Galeri B Selasar. Letaknya berdekatan dengan gambar berjudul Imagine Oscura karya Enzo Cucchi dan Friendship buatan Francesco Clemente.

Di Italia, penggandaan seni grafis oleh mesin cetak khusus itu merupakan hal yang lazim. Kemajuan teknologinya memungkinkan mesin dan para pembuatnya tak hanya akurat menyalin ulang pewarnaan dan garis, tapi juga motif terperinci gambar, seperti pada karya seri Julian Schnabel berjudul Pandora dan Flamingo. Lekuk embos, sobekan, serta lubang-lubang pada kertas karya pun bisa dibuat mudah.

 Proses langka penciptaan karya seni itu membuat pengunjung yang datang berduyun-duyun saat pembukaan pameran pada Sabtu malam pekan lalu terkagum-kagum. Tak terkecuali tuan rumah Sunaryo. Perupa berusia 67 tahun yang pernah mengeksplorasi kertas di Singapura itu terpesona oleh sapuan cat air yang tipis dari mesin cetak hingga tampak tembus pandang. “Juga efek rembesan catnya pada kertas,” katanya.

Di sela pameran, kurator Achille Bonito Oliva rencananya akan datang untuk memberikan kuliah umum tentang aliran transavant-garde di Bale Handap Selasar Sunaryo pada 5 Mei mendatang. Acara menjelang perayaan Hari Nasional Italia pada 2 Juni itu juga akan menggelar pameran karya puluhan seniman Italia di Galeri Nasional Jakarta pada 4-24 Juni nanti. Lalu, di Sangkring Art Space, Yogyakarta, pada 11-20 Juni mendatang bakal disajikan karya seniman Amerika dan Inggris.

ANWAR SISWADI 

Read More

Yogyakarta Gelar Kontes Mobil Modifikasi Terbesar

Sabtu, 29 Mei 2010 | 16:22 WIB
foto 
Dok. pribadi. facebook.com

TEMPO Interaktif, Yogyakarta -Sebanyak 80 mobil dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti kontes mobil modifikasi di Jogja Expo Centre, 28-29 Mei 2010. Kontes mobil modifikasi ini diklaim sebagai ajang terbesar di Indonesia.

“Peserta kontes mobil modifikasi ini berasal dari Surabaya, Solo, Semarang, Pekanbaru, Makasar, Jakarta, Bandung, Bogor dan tuan rumah Yogyakarta sendiri,” jelas Patricia M Setyadjie, panitia penyelenggara, saat ditemui di lokasi kontes, Sabtu (29/5).

Kontes mobil modifikasi di Yogyakarta ini merupakan ajang kedua setelah di Surabaya, April lalu. Setelah Yogyakarta, ajang serupa akan digelar berturut-turut di Makassar, Palembang, Pekanbaru dan di Jakarta sebagai final battle.

Pada kontes di Yogyakarta ini, panitia menyediakan penghargaan untuk 128 katagori mulai dari velg paling besar, mobil paling ceper hingga penghargaan sebagai King dan Champion. Kontes mobil modifikasi ini terbagi menjadi empat katagori besar yakni Extreme, Elegant, Street Racing dan Racing.

Street Racing merupakan katagori baru pada ajang kontes mobil modifikasi di Yogyakarta ini. “Kami melihat peserta aliran ini mulai banyak sehingga sayang apabila tidak diberikan satu katagori khusus. Dengan dibukanya kelas khusus Street Racing ini tentunya membuka peluang bagi penyuka gaya modifikasi balap jalanan namun tetap daily use dan mengutamakan kenyamanan pengendaranya,” jelas Patricia.

Pengumuman pemenang kontes mobil modifikasi untuk 128 katagori akan dilakukan Sabtu (29/5) malam, sekitar pukul 21.00. “Saat ini penjurian sudah berlangsung, namun pemenangnya baru akan diumumkan malam nanti,” kata Patricia.

HERU CN

Read More