PRODUK kedelai dan kacang kedelai yang dimasak secara umum aman dalam berbagai jumlah asupan tertentu. Akan tetapi, sejumlah kecil orang mengalami alergi terhadap kacang kedelai dan karena itu ada baiknya menghindari produk kedelai.
Berikut beberapa efek negatif produk kedelai:
Kurangi fungsi tiroid
Sebuah percobaan pendahuluan yang melibatkan warga Jepang yang sehat, seperti dikutip situs prevention.com, menunjukkan bahwa
penggunaan suplemen kedelai sebanyak 30 gram sehari selama tiga bulan memicu pengurangan hormon yang menstimulasi kelenjar tiroid.
Beberapa partisipan mengeluh tidak enak badan, mengalami konstipasi, mengantuk, dan bahkan ada yang menderita encok. Gejala-gejala ini hilang sebulan setelah partisipan menghentikan penggunaan suplemen kedelai.
Meskipun begitu, beragam produk kedelai terlihat meningkatkan fungsi tiroid atau tidak mengubah fungsi tiroid sama sekali. Hubungan klinis mengenai interaksi antara kedelai dan fungsi tiroid masih belum jelas. Tapi untuk anak yang menderita hipotiroidisme sejak lahir, penggunaan
produk kedelai sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter telebih dahulu. Pasalnya, proses pencernaan kedelai bisa mengganggu penyerapan obat-obat tiroid.
Picu kanker payudara
Sebagian besar penelitian, termasuk studi pada hewan, melaporkan bahwa ekstrak kedelai mempunyai efek antikanker. Akan tetapi, ada juga beberapa studi yang menunjukkan sebaliknya. Temuan dari beberapa studi baru-baru ini menunjukkan bahwa
konsumsi kedelai, dalam kondisi tertentu, bisa meningkatkan risiko kanker payudara.
Studi terhadap hewan yang telah mengalami pengangkatan rahim (situasi terkait perempuan yang telah menjalani histerektomi total/pengangkatan rahim) menunjukkan, kandungan genistein (isoflavon dalam kedelai) meningkatkan perbanyakan sel-sel kanker payudara. Selain itu, saat diberikan suntikan genistein terhadap tikus hamil, keturunan mereka yang betina berisiko lebih besar menderita kanker payudara.
Studi juga menemukan, saat perempuan premenopause diberikan isoflavon dari kedelai, sekresi payudara meningkat. Efek ini diyakini meningkatkan risiko kanker payudara. Dalam studi lain ditemukan, sel-sel payudara sehat dari perempuan yang sebelumnya diberikan suplemen kedelai mengandung isoflavon menunjukkan peningkatan kecepatan perbanyakan sel. Efek ini juga dinyatakan meningkatkan risiko kanker payudara.
Endometrial hyperplasia
Dari 154 perempuan postmenopause yang menerima 150 mg isoflavon kedelai per hari selama lima tahun, 3,9 persen mengalami endometrial hyperplasia, perbanyakan jaringan pelapis rahim yang tidak normal. Sedang tidak satu pun dari 144 partisipan penerima placebo yang mengalami endometrial hyperplasia. Meskipun tidak ada kanker rahim yang terdiagnosis selama studi tersebut, endometrial hyperplasia berpotensi menjadi kanker rahim.
Jumlah isoflavon yang digunakan dalam studi ini dua hingga tiga kali lebih banyak dibandingkan studi lain. Akan tetapi, pengunaan isoflavon jangak panjang juga berpotensi memicu endometrial hyperplaisa. Karena itu, perempuan yang menggunakan isoflavon sebaiknya dimonitor oleh dokter.
Gangguan kesuburan
Produk kedelai, menurut pakar akupunktur dan herbal sekaligus penulis Chill Out and Get Healthy : Live Clean to Be Strong and Stay Sexy Aimee E. Raupp M.S., bisa mengganggu siklus menstruasi, mengurangi kemungkinan Anda untuk hamil, memciu osteoporosis, perut kembung, serta memicu hipotiroid."Selain itu, kedelai merupakan salah satu penyebab alergi," tutur Raupp, seperti dikutip situs glamour.com.
Bagaimana prosesnya? Menurut Raupp, kedelai ini menjadi buruk bagi kesehatan karena diolah dalam suhu yang sangat tinggi. Cara ini menghilangkan enzim-enzim penting di dalam kedelai yang dibutuhkan tubuh dalam mencerna makanan tersebut. Selain itu, terang Raupp, produk kedelai olahan juga menghasilkan racun-racun dan karsinogen yang tidak baik bagi kesehatan.
Jadi, apakah Anda harus berhenti mengonsumsi kedelai? Tentu tidak. Menurut Raupp, mengonsumsi kedelai dalam jumlah sedang tetap aman. Tetapi, pastikan memperhatikan takaran (kurangi konsumsi) dan perhatikan jenis kedelai yang Anda konsumsi (kurangi produk kedelai olahan).
Mengonsumsi dua takar saji produk kedelai yang sudah difermentasi dan tidak dimodifikasi secara genetik, 2-3 kali seminggu tidak akan berakibat buruk bagi kesehatan. Pilihlah produk kedelai yang mudah dicerna sistem tubuh seperti yogurt kedelai, tahu, dan tempe.
Bagaimana dengan susu kedelai? Raupp menganjurkan Anda mencoba alternatif lain seperti susu almond, susu beras atau susu rami. Selain itu, tambah Raupp, ada baiknya mendapatkan protein dari sumber yang tepat."Sebagian besar bar dan protein shake mengandung kedelai turunan yang tidak bagus untuk Anda." Karena itu, lanjut Raupp, pastikan memperhatikan
label dan menghindari
produk yang mengandung nama-nama seperti "hydrolyzed soy protein," "soy lecithin," dan "soy protein isolates".(IK/OL-5)
Sumber
Berita www.
mediaindonesia.com
Info.
Iklan Baris Koran Via SMS