Share |





Suka Tidak Suka

Satu bentuk pesan iklan yang ditujukan pada banyak orang dipengaruhi oleh sensasi dan intensitas yang dihasilkannya, jika sensasi itu cukup kuat dan memiliki daya tarik yang cukup besar, objek atau stimulus itu dapat langsung memasuki pikiran khalayak melalui berbagai jalan (pancaindra). Kebutuhan, nilai-nilai, dan ekspektasi merupakan langkah berikut, ketika sebuah stimulus diseleksi dan pasti memasuki pikiran. Dari pengolahan inilah akan dihasilkan respons berupa perubahan atau penguatan sikap suka tidak suka, setuju tidak setuju.

Suka tidak suka adalah respons yang muncul pada tahap awal, mengapa? Karena respons ini masih berada pada tahap perubahan afeksi. Jika sudah berada pada tahap perubahan conative, maka seseorang akan menuju pada tahap yang lebih tinggi, yaitu menghasilkan keputusan untuk melakukan sesuatu (setuju tidak setuju). Suka tidak suka atau setuju tidak setuju adalah bagian dari perubahan sifat, setidaknya dapat diprediksi apa yang akan terjadi dan kondisinya masih belum pasti. Jika konsumen telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka prediksi itu dapat dilihat ketepatannya.

Suka tidak suka, setuju tidak setuju adalah bentuk reaksi atau respons terhadap stimulus yang diseleksi. Perilaku merupakan tingkatan yang lebih tinggi karena pada tingkatan perilaku, konsumen melakukannya secara berulang-ulang dan menjadikannya sebuah kegiatan rutin. Maka dalam riset, perubahan perilaku dan perubahan sikap dapat dibedakan secara jelas, dengan melihat apakah tindakan itu adalah reaksi terhadap stimulus dan mungkin saja berlangsung sangat cepat kemudian berubah-ubah atau apakah tindakan itu menjadi sebuah kegiatan yang berulang-ulang dan menetap menjadi kebiasaan.

Sciffman dan Kanuk menyatakan bahwa sensasi merupakan respons yang terjadi segera secara langsung terhadap stimulus yang sederhana. Stimulus yang dianggap sederhana adalah stimulus yang mudah ditangkap berdasarkan objek yang sebelumnya telah dimiliki atau pernah dipakai atau dilihat. Otak manusia itu ibarat komputer, jika kita ingin memperoleh data, proses penelusuran data itu dimulai dari proses pelabelan dari yang umum ke yang lebih khusus. Jika definisi marketing communication biasanya reaksi yang terjadi cukup lambat, karena otak bekerja menelusuri bank data yang ada dalam otak. Lain halnya jika hanya menjawab akan lebih cepat. Semakin panjang memasukkan data dalam sebuah label terntentu semisal definisi pemasaran, komunikasi atau definisi ilmu politik, maka dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk menguraikan jawaban itu.

Hanya stimulus sederhana saja yang dapat memberikan respons secara tepat. Tentunya stimulus itu berhubungan dengan kebutuhan yang lebih dahulu ingin dicapai. Beberapa data tidak tersimpan di otak karena stimulus atau objek memang tidak dibutuhkan sebelumnya. Iklan yang dianggap seronok cenderung memberikan reaksi cepat, walaupun berbeda-beda. Setidaknya iklan itu telah menarik perhatian besar khalayak.

Kemampuan Pesan Iklan dalam menghasilkan perhatian yang besar terhadap objek disebut intensitas, seperti halnya suara yang jelas, keras dan nyaring. Visual juga dapat membentuk karakter warna yang dapat meningkatkan atau mengurangi daya tarik iklan. Intensitas dari sebuah pesan iklan banyak dijadikan dasar kajian oleh ilmu komunikasi yang meneliti hubungan atau pengaruh media massa terhadap perubahan sikap khalayak.

Intensitas yang cukup tinggi diperlukan dalam sebuah pemaparan informasi agar menarik perhatian besar khalayak. Penggunaan efek suara dan warna, teks, dan figur dalam Iklan selalu menjadi landasan utama untuk mengukur intensitas sebuah Iklan.

Intensitas begitu penting dalam sebuah iklan karena dalam penayangan iklan di media massa seperti televisi, upaya menarik perhatian pemirsa merupakan usaha yang paling berat. Maka, dalam rumusan AIDDA, Attention (perhatian) ditaruh pada urutan utama sebelum Interest (minat). Pemirsa tidak dapat melanjutkan ke urutan berikutnya jika iklan ini gagal untuk menarik perhatian pemirsa pada tahap Attention.

Urutan iklan juga sangat memengaruhi berapa banyak pemirsa yang bisa dijebak (pada umumnya pemirsa berusaha keluar dari jebakan iklan) agar tidak mengalihkan perhatiannya pada stimulus lain. Saya sering menyembunyikan remote control TV untuk mempelajari apa yang dilakukan oleh kakak saya ketika sebuah acara TV diselingi oleh Iklan. Ternyata hasilnya adalah kakak berusaha mencari remote control dan menggantinya pada acara TV yang lain. Lain halnya ketika iklan pertama yang muncul telah membuat mereka terpana sejenak, di sini Attention itu berhasil. Sungguh tidak beruntung jika iklan saya berada di urutan kedua atau ketiga sedangkan diurutan pertama muncul iklan dengan intensitas rendah. Tentunya tidak dapat berharap jika iklan akan diperhatikan oleh minimal 80% pemirsa. Bisa jadi iklan hanya akan ditonton oleh 10% atau bahkan 5% dari pemirsa yang menonton iklan. Ini merupakan kerugian, ini adalah masalah yang kompleks dan harus segera dicari penyelesaian.

Labels: