Share |





Simbol Warna Dalam Produk Untuk Iklan Visual

Beberapa kasus produk atau brand diasosiasikan dengan warna spesifik dalam kerangka konotasi kesukaan individu. Setiap warna-warna mewakili pengertian tertentu, warna dan pengertian ini berbeda-beda dalam berbagai budaya atau masyarakat. Sebagai contoh, warna merah umumnya mewakili semangat yang erotis, membara dan juga kejam. Warna yang dilekatkan pada benda sekitar juga berpengaruh terhadap penafsiran. Warna merah yang digabungkan dengan tulang belulang dapat menimbulkan persepsi kekejaman tetapi jika warna merah itu dilekatkan pada gaun tidur wanita, hasilnya justru menimbulkan gairah seks yang cukup tinggi. Tidaklah mengherankan jika penafsiran warna ini berbeda-beda. Bagi masyarakat cina, warna merah diartikan tidak saja sebagai wujud semangat dan keberanian, tetapi juga memberikan citra kemakmuran atau harapan akan munculnya rezeki yang berlipat ganda. Warna sangat penting diperhatikan dalam gabungannya dengan maksud pesan dan bagaimana cara memosisikan warna itu dalam bentuk grafis atau visual sehingga menghasilkan persepsi yang tepat.

Jika berkunjung ke McDonald's ada tiga warna yang dominan dalam visualisasi ruangan dan dekorasi, yaitu merah, kuning dan jingga. Warna-warna ini memberikan rangsangan yang tinggi untuk membangkitkan rasa lapar. Alhasil, kesuksesan McDonald's juga bisa saja disebabkan oleh pengaruh warna-warna. Manfaat warna juga diterapkan di beberapa restoran cepat saji lainnya.

Begitu banyaknya persepsi individu terhadap asosiasi warna menyebabkan penggunaan warna pada unsur visual menjadi penting. dalam komunikasi, warna merupakan simbol dan simbol adalah pesan. Penafsiran warna tidak hanya dibatasi oleh pengertian warna secara umum. Tetapi dapat diakibatkan oleh unsur-unsur visual lainnya. Penafsiran yang berbeda-beda sering disebabkan oleh penggabungan unsur, yaitu warna dasar, bentuk dasar, warna campuran, bentuk campuran, arti warna, dan sifat warna seperti penguatan simbol atau logo pada merek produk atau brand merupakan tampilan yang ingin disampaikan pada khalayak. Secara objektif warna memang sulit dipahami karena adanya perbedaan pengalaman dan referensi pada tiap-tiap individu.

Warna dapat diasosiasikan pada kelompok favorit dan memungkinkan khalayak untuk memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Sebelum reformasi di indonesia, warna banyak diasumsikan pada hal-hal yang berbau politis; kuning sangat dominan sebagai warna berkuasa, hijau mewakili kelompok partai islam dan merah mewakili wong cilik. Terkadang warna dominan yang digunakan media dianggap keberpihakan terhadap warna dominan yang digunakan di media dianggap keberpihakan terhadap golongan politik tertentu. Tetapi setelah era reformasi berlangsung, komposisi warna telah merubah persepsi seputar asosiasi warna dengan partai politik tertentu. Tetapi setelah era roformasi berlangsung, komposisi warna telah mengubah persepsi seputar asosiasi warna dengan partai politik tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa warna dan persepsinya berkaitan dengan kondisi pengalaman dan referensi dari tiap-tiap individu.

Warna menunjukkan asosiasi diri, seperti ungkapan "I am Blue I am Red, I love Pink, and Pink is me". Ungkapan ini sengaja dilontarkan untuk menyampaikan pesan tentang sifat seseorang yang ingin disampaikan pada orang yang dituju.

Labels: