Jika ada seorang pengendara menelusuri di jalan-jalan kota dan dapat menyebutkan ada berapa billboard di tikungan pertama, dan (diketahui bahwa sampai tikungan pertama ada 10 billboard iklan yang dengan ukuran 4x8m sampai 6x12m), "The lowest level at which an individual can experience sensation is called the absolute threshold" Kemudian pengendara itu dapat mengingat bahwa di sepanjang jalan sampai tikungan pertama itu ada lima billboard, di mana dari dua billboard yang paling menarik perhatiannya dari lima billboard itu, ia dapat menyebutkan secara tepat billboard-billboard itu mengiklankan produk apa dan isi pesan iklannya, termasuk visual pada billboard. Maka dua dari lima billboard yang ia sebutkan disebut absolute threshold (ambang batas).
Billboard iklan dianggap sebagai "something" (sesuatu yang menarik perhatian) dan yang lainnya dianggap sebagai "nothing" (bukan sesuatu yang penting untuk diingat). Maka, dalam absolute threshold ini, objek itu telah menarik perhatian dan menjadi "catatan Penting untuk diingat". Billboard iklan yang berisi informasi tentang konser rock menjadi catatan penting bagi pengendara yang menyenangi musik rock. Artinya, iklan itu telah beradaptasi dengan pikiran atau memory input. Billboard iklan yang sering kali mengganti visualnya cenderung menarik perhatian dari para pengendara yang melewati jalan itu.
Just notificable different (JND) adalah adanya perbedaan yang sedikit dan dapat dideteksi di antara dua stimulus. Dalam hukum Weber dikatakan, "An additional level of stimulus to the jnd, stimulus must be added for majority of people to perceive a difference between the resulting stimulus and the initial stimulus".
JND dalam periklanan bertujuan untuk melakukan perubahan, semisal mengubah visual atau inisial (nama) tanpa harus kehilangan pelanggan yang sudah ada. Perubahan yang dilakukan dengan konsep JND dilakukan dengan hati-hati. Contohnya adalah perubahan pada merek mobil Toyota Kijang dan Toyota Corola dengan menggunakan merek yang sama. Perubahan ini hampir tidak disadari, karena perubahan logo tidak terlalu mencolok atau bentuk kemasan atau produk masih memiliki ciri-ciri khusus yang telah dihafal oleh konsumen.
Kebutuhan perubahan logo dan profil (visual) dari sebuah produk bertujuan menunjukkan adanya perubahan dalam kualitas produk dan layanan, kultur perusahaan, manajemen baru, atau pergantian kepemilikan tanpa harus kehilangan pangsa pasar yang ada. Jika perusahaan memperbarui logo dengan perubahan yang sangat mencolok, maka perubahan ini akan memakan biaya sangat tinggi, karena seluruh inisial yang beredar seperti papan nama, billboard iklan, kop surat, amplop, dan segala hal yang berhubungan dengan atribut perusahaan harus menyesuaikan diri. Perubahan warna korporat (corporate color) sebagai akibat dari perubahan logo itu. Juga akan mengubah seragam dan segala bentuk cetakan dan atribut lain yang menggunakan warna, untuk menunjukkan perubahan pada perusahaan itu.
Perubahan logo pada Bank Danamon telah mengeluarkan biaya cukup besar. Hotel Horison, Sony Ericson, Bank Mandiri, Bank BTPN, dan Susu Bendera juga mengeluarkan biaya yang sangat tinggi pada saat perubahan dan aplikasi logo baru. Tetapi alokasi waktu satu tahun dalam kegiatan promosi akan membawa keuntungan jika perubahan itu dijadikan sebagai momen untuk menarik perhatian khalayak (dalam bentuk kampanye logo baru). Manajer pemasaran dan manajer marketing communication perlu menerapkan JND dalam perubahan logo. Tanpa kita sadari, Coca Cola sendiri telah melakukan perubahan berkali-kali pada logo, tetapi perubahan itu hanya terjadi pada karakter huruf dan tidak mengubah warna perusahaan, sehingga perubahan logo dapat dilakukan secara perlahan dan konsumer nyaris tidak dapat membedakan perubahan itu. Kalaupun pada tahu, dengan perlahan logo baru itu akan mulai beradaptasi dalam pikiran rakyat.
Labels: