Share |





Tujuan Marketing Communication

Marketing communication juga punya beberapa tujuan  dan keinginan untuk mencapai tiga tahap perubahan dalam iklan yang ditujukan bagi konsumen. Adalah Tahap pertama yang ingin dicapai dari suatu strategi marketing cummunication adalah tahap perubahan pengetahuan. Dalam bentuk perubahan ini, konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan ditujukan pada siapa. Dengan demikian, pesan yang disampaikan menunjukkan informasi penting dari produk itu. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur oleh Sciffman dan Kanuk disebut sebagai tricomponent attitude changes yang menunjukkan bahwa tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini menunjukkan adanya kecenderungan perubahan (cognition, affection, dan conation) maka mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap. Perubahan apa yang sebenarnya dikehendaki? Tentunya perubahan positif ini mengarah pada keinginan untuk mencoba produk. Semakin tinggi kesukaan konsumen terhadap suatu pesan sponsor, semakin besar kemungkinan konsumen membeli produk itu. Mengapa? Tentu saja, rasa ingin tahulah yang menyebabkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan (bentuk respons positif) berupa pembelian atau setidaknya konsumen melakukan pengujian terhadap ketepatan produk: apakah produk ini dapat menyelesaikan masalahnya atau tidak. Pada tahap ketiga, yaitu tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lainnya, dan terbiasa menggunakannya. Pemosisian produk pendobrak atau produk pemrakarsa seperti Aqua memang cukup hebat. Sebagai produk pertama menawarkan air minum (tanpa dimasak) dalam satu kemasan botol dengan harga mahal ternyata kini masih cukup kuat. Seseorang membeli Aqua di toko, tetapi yang diberikan dapat saja bukan Aqua (tapi merek lain), pembeli tidak terlalu memusingkan apakah yang dibelinya adalah Aqua atau bukan, yang penting minuman seperti Aqua. Di satu sisi, hal ini menguntungkan Aqua, tetapi di sisi lain merugikan, karena Aqua tidak lagi menjadi produk primer, produk ini dapat diganti dengan produk lain walaupun kualitasnya mungkin jauh di bawah Aqua atau sebaliknya.

Pada tahap perubahan pengetahuan, pesan komunikasi baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada pembombastisan informasi tentang produk, mulai dari merek, fungsi, kegunaan, kemasan, figur pengguna produk. Pada tahap perubahan sikap, iklan bertujuan untuk memperkuat kedudukan merek dengan menggunakan strategi pesan semisal kelebihan produk, gaya hidup, dan citra perusahaan. Sedangkan pada tahap perubahan perilaku, pesan bertujuan untuk menunjukkan alasan mengapa produk ini adalah produk terbaik jika dibandingkan dengan produk-produk lainnya dan menumbuhkan emosional terhadap brand.

Penyebaran pesan pada tahap interest, penjangkauan konsumen melalui penguatan pesan dengan publicity dan advertorial di media cetak (surat kabar majalah), pengupasan kekuatan, dan kualitas produk adalah pembentukkan opini publik. Dalam strategi relationship marketing, pasar dibangun melalui pembentukkan opini positif di seluruh rantai pemasaran (distributor, agen, ahli, media, pengecer, dan user) dan hubungan vertikal ini membantu menunjukkan sebuah persetujuan atas nilai dan kualitas dari produk dan layananan. Terkadang hal ini sering disalah artikan , dengan menggunakan profesi ahli atau menyerupai profesi ahli, semisal dokter, pengacara, ilmuwan, atau para profesional yang memberikan pesan verbal secara langsung.
YLKI dapat memberikan kecaman terhadap iklan yang telah melanggar kode etik dengan memberikan nilai minus terhadap produk atau iklan melalui media informasi. Dalam menghadapi pelanggaran yang berulang kali terjadi ini, sanksi moral merupakan sanksi yang paling berat daripada pelarangan penyiaran iklan yang melanggar kode etik, sehingga diharapkan agar para produsen dan perancang iklan menjadi lebih kreatif dalam membuat iklan. Pelanggaran serius yang terjadi dan menimbulkan opini negatif dari publik, secara langsung akan menimbulkan ketidaksukaan konsumen terhadap produk dan layanan.

Di lingkup asosiasi perusahaan periklanan, bentuk-bentuk pengucilan akan muncul terhadap perusahaan perancang iklan dan produsen. Kreatifitas tinggi dapat menghindarkan suatu produk memperoleh pengucilan. Kesan vulgar cenderung akan mengundang respons negatif konsumen terhadap sebuah produk. Kesalahan dalam pembentukkan citra produk yang terjadi pada rokok Pall Mall dapat ditarik sebagai sebuah pelajaran penting karena kultur agamis masyarakat Indonesia masih cukup kuat dan berakar. Jika iklan Pall Mall ini keluar di negara-negara Eropa, mungkin respons negatif tidak akan terlalu besar, setidaknya hanya akan memperoleh kecaman dari pihak Gereja.

Konsumen Indonesia sedikit demi sedikit telah memasuki tahap knowledge social, adalah tanda bahaya bagi perancang iklan yang ingin membodoh-bodohi konsumen. Sifat paternalistik yang kuat di masyarakat kita juga menjadi suatu perhitungan, karena jika MUI atau salah satu tokoh agama terkenal mengecam suatu produk atau iklan, maka produk itu akan kehilangan posisi di masyarakat. Contoh yang tidak dapat dipungkiri adalah ketika produk Ajinomoto disebut-sebut menggunakan lemak Babi, sehingga para ulama dan MUI memberikan label haram. Hal itu langsung menimbulkan kesulitan besar dan berakibat pada Ajinomoto dengan kehilangan sebagian besar pangsa pasar yang selama ini dimilikinya.

Dalam pembentukan sikap dan loyalitas konsumen, maka karakteristik pesan harus lebih kuat dengan penguatan citra merek dan citra produsen. Pembentukan citra ini sangat penting agar struktur pasar memberikan dukungan positif terhadap produk dan layanan yang ditawarkan. Majalah Cakram, edisi Januari 2004/2009, memberikan gambaran tentang jenis-jenis pesan yang dianggap melakukan pelanggaran.

Perlu disadari bahwa batas-batas etika ini sebenarnya tidak bermaksud membatasi kreativitas gagasan, justru memotivasi terjadinya inovasi dan kreativitas perancang iklan dan membantu para praktisi kreatif untuk menghasilkan iklan yang benar-benar jujur pada konsumen. Iklan rokok merupakan gambaran penciptaan gagasan kreativitas yang lebih inovatif bahkan melebihi kreativitas iklan lainnya sehingga banyak memenangkan Citra Adipariwara. Kreativitas pesan dan visual yang dibuat oleh perusahaan periklanan pada setiap tahap komunikasi dan penggunaan media harus lebih selektif, karena publik juga melakukan hal yang sama terhadap pesan-pesan yang disajikan.

Labels: