Perkembangan media promosi juga telah melalui tahap-tahap sangat penting sejalan dengan perkembangan sosial budaya dan teknologi informasi dunia. Perkembangan dunia teknologi informasi, bidang komunikasi serta perubahan sosial masyarakat telah memotivasi perusahaan untuk melakukan inovasi dan perbaikan strategi dalam promosi. Emil Dofivat menggambarkan perkembangan media massa secara umum, "Sejak 1964, komunikasi massa telah meraih publik secara langsung dan serentak. Melalui satelit komunikasi sekarang ini., secara teoritis kita dapat memperlihatkan gambar, memperdengarkan suara, pada miliaran manusia di seluruh dunia secara simultan. Komunikator hanya perlu menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menghidupkan alat penerima. Secara teknis hal ini sudah lama dapat dilakukan. Yang masih diperdebatkan adalah: Komunikator mana yang harus bicara dan gambar apa yang harus diperlihatkan?
Televisi dalam memahami karakteristik media massa perlu adanya pemahaman tentang proses awal berkembangnya media itu. Efek komunikasi massa sampai saat ini masih menjadi sebuah perdebatan yang tidak kunjung selesai dan dalam waktu relatif singkat, jumlah media massa semakin meningkat. Ini disebabkan semakin murahnya biaya operasional dan besarnya perolehan pendapat dari sewa ruang iklan yang disajikan.
Dapat dibayangkan, dalam satu putaran sajian acara yang berlangsung selama 30 menit, TV 7 memasang 27 slot iklan yang masing-masingnya berdurasi 30 detik dengan besar biaya per slot mencapai Rp.12 Juta pada sebuah acara berkategori prime time, dan dari 27 slot itu, rata-rata terisi 70% iklan atau 19 slot iklan. Dalam pemilihan media promosi di media massa, perusahaan diberi berbagai pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan segmentasi pasar yang dituju.
Radio sebelum booming televisi swasta di Indonesia (sekitar 1990-an) radio adalah media yang memperoleh perhatian sangat tinggi dari pemasang iklan. Pada dasarnya, manusia membutuhkan hiburan, dan salah satu hiburan itu adalah radio. Kemampuan radio menjangkau konsumen sebelumnya sangatlah baik, tetapi perannya kini berkurang. Kekuatan radio terkait bagaimana radio dapat menjadi kawan bagi pendengar di saat-saat senggang. Hiburan musik pilihan pendengar lebih menjadi daya tarik dibandingkan acara musik di televisi. Suara penyair yang mendayu-dayu juga akrab terdengar dalam suasana hening sehingga menciptakan hubungan yang romantis antara pendengar dan penyair.
Walaupun, perannya kini banyak diambil oleh televisi, tetapi jumlah pendengar yang masih lumayan dijadikan referensi bagi pemasang iklan untuk menjangkau segmentasi khusus. Iklan radio dapat dibuat dalam bentuk jingle iklan dan spot advertising. Dialog iklan radio juga cenderung mengarah pada humorisasi iklan. Suara lengkingan, musik yang menghentak dan suara tokoh merupakan intensitas yang harus diperhatikan.
Tentunya, biaya pemasangan iklan di radio lebih murah daripada biaya iklan televisi. Radio itu sendiri dapat disebut sebagai media yang memiliki segmentasi sangat jelas, mulai dari usia, hobi, dan kelompok ekonomi pemirsa. Radio musik dangdut cenderung didengar oleh kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah, yang merupakan pangsa pasar terbesar untuk produk tertentu semisal produk kebutuhan rumah tangga, obat-obatan dan alat kecantikan seperti bedak, lipstik dan bahkan pembalut wanita.
Persentase pendengar wanita lebih besar daripada pendengar pria karena wanita lebih banyak memiliki waktu luang di rumah. Oleh karenanya, persentase produk kebutuhan wanita atau yang melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan, lebih dominan dalam iklan radio. Hal ini dapat menjadi referensi penting bagi manajer marketing communication.
Labels:
























