Share |





Peningkatan Iklan Koran

Ternyata Industri Telekomunikasi, Pemasang Terbesar di Seluruh Media. Belanja iklan di media massa tahun lalu menembus Rp 48,573 triliun atau meningkat 16 persen jika dibandingkan 2008 dengan angka Rp 41,708 triliun. Pertumbuhan iklan di koran meningkat, sementara pengiklan di televisi terus turun.

Berdasar data yang dirilis perusahaan survei, Nielsen Company Indonesia, share iklan koran di media harian meningkat menjadi 34 persen dari 2008 sebesar 33 persen. Sejak 2000, persentase pengiklan di tipe media ini cenderung meningkat dan stabil, dimulai dari 25 persen dan terus meningkat sampai 30 persen pada 2007. "Sempat terjadi penurunan pada 2003 ke angka 25 persen, tapi terus meningkat lagi," ujar Associate Director/Client Service The Nielsen Company Indonesia Ika Jatmikasari pada acara lunch gathering Jawa Pos yang menghadirkan para prinsipal perusahaan pengiklan di Jawa Pos di Jakarta kemarin.

Sebaliknya, pengiklan di media televisi (tv) terus menurun. Pada 2000 share iklan mencapai 70 persen, namun pada 2009 berkurang menjadi 62 persen. "Kalau kita melihat secara umum, mungkin terjadi perubahan persepsi masyarakat khususnya pengiklan. Koran dianggap lebih mature, bisa didokumentasikan, dan dianggap layak jadi bahan referensi," terang Ika.

Sementara itu, belanja iklan kategori majalah dan tabloid pada 2009 mencapai 4 persen dan stabil jika dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. "Kami melakukan riset di semua tipe media berdasar gross rate card, untuk semua produk komersial tidak menghitung diskon, promo, dan sejenisnya (yang dilakukan oleh media)," jelas Ika.

Pada bagian lain, Ika memaparkan, produk telekomunikasi memberikan kontribusi paling besar sebagai pengiklan di media pada 2009 dengan belanja mencapai Rp 3,881 triliun. Jumlah ini berkurang 11 persen jika dibandingkan dengan 2008 sebesar Rp 4,371 triliun. Urutan kedua ditempati iklan politik dan pemerintahan senilai Rp 3,642 triliun. Peningkatan iklan kategori ini mencapai 64 persen jika dibandingkan dengan 2008 sebesar Rp 2,216 triliun karena ada hajatan politik pemilihan presiden dan wakil presiden.

Khusus untuk koran, pengiklan tertinggi pada 2009 adalah politik dan pemerintahan dengan nilai mencapai Rp 2,246 triliun. Disusul produk telekomunikasi Rp 1,371 triliun, yang menurun 1 persen jika dibandingkan dengan 2008. Kemudian, iklan corporate ads and social services di urutan ketiga sebesar Rp 1,216 triliun.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur Jawa Pos Azrul Ananda mengatakan bahwa media massa, khususnya koran, masih memiliki masa depan cerah. "Media yang tidak eksis adalah yang tidak mau berubah. Saya percaya koran akan terus hidup," tegasnya, yakin.

Eksistensi koran memang sempat disebut-sebut terancam internet. Tapi, kata Azrul, internet sebenarnya lebih mengancam televisi dengan kecanggihan teknologi seperti video streaming. "Dulu juga dikatakan video kill the radio star. Tapi, ternyata radio diselamatkan mobil, terutama di Amerika Serikat," paparnya.

Buktinya, sampai saat ini koran masih bertahan dan Jawa Pos menjadi yang terdepan berdasar survei Nielsen dan diapresiasi oleh Superbrands sebagai koran tepercaya dan paling banyak dibaca.

Sumber: Koran Jawa Pos

Labels: